Senin, 27 April 2020

Ulama yang menulis biografi mereka sendiri

Menulis manaqib sendiri?

Biasanya yang namanya manaqib atau biografi itu ditulis oleh orang lain atau biasanya oleh murid atau sahabat atau orang terdekat shahibul sejarah. Namun sebagian ulama ada yang menuliskan manaqibnya sendiri yang disisipkan dalam kisah-kisah biografi orang lain yang beliau tulis atau dalam sebuah kitab khusus secara tersendiri.

Di antara ulama yang menuliskan manaqibnya sendiri adalah seorang ahli fiqih dari negeri Andalus yang menulis kitab berjudul "Qanun at-Ta'wiel". Ada yang berpendapat bahwa kitab ini adalah kitab pertama yang membicarakan ilmu al qur'an atau ilmu tafsir. Walaupun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kitab pertama yg dikarang tentang ilmu tafsir adalah kitab Al Aqlu Wa Fahmul Qur'an karya Al Muhasiby (wafat 243 H). Pengarang kitab ini bernama Abu Bakar Ibnul Araby Al Andalusy (wafat 543 H).

Ibnul Araby memulai kitab beliau tentang ilmu tafsir ini dengan kisah perjalanan beliau menuntut ilmu dari Andalus sampai akhirnya jauh menjelajah ke negeri Syam dan Baghdad. Dan akhirnya beliau berguru kepada banyak ulama terkemuka di masa itu yang di antaranya adalah Imam Ghazali.

Kalau kita telisik secara sekilas judul kitab Ibnul Araby ini persis dengan judul kitab yg dikarang Imam Ghazali.

Imam Ghazali sendiri telah mengarang kitab yang berjudul "Al Munqidz min adhdhalal". Di mana dalam kitab ini beliau menuliskan sejarah pergumulan pemikiran beliau dalam beberapa fase yang akhirnya beliau mendalami tasawwuf setelah sebelumnya menjadi pakar dalam ilmu fikih, ilmu kalam bahkan filsafat.

Kemudian di antara ulama yang menuliskan manaqibnya sendiri adalah Imam Suyuthi (911 H) dalam beberapa kitab beliau yang di antaranya secara khusus adalah kitab beliau yang berjudul "Attahadduts bi ni'matillah". Dalam muqaddimah kitab tersebut beliau mengatakan:

"Senantiasa para ulama sejak dahulu dan sekarang menuliskan biografi mereka sendiri. Dan mereka punya tujuan yang terpuji dalam hal itu. Di antaranya adalah berbicara tentang ni'mat Allah karena syukur, juga supaya orang tahu dengan hal ihwal mereka supaya orang lain bisa meniru dan mengambil faedah serta jadi pegangan bagi orang yang ingin menyebut mereka dalam kitab sejarah".

Kemudian Imam Suyuthi menyebutkan nama-nama ulama pendahulu beliau yang sebelumnya juga menuliskan biografi pribadi mereka sendiri seperti imam Abu Syamah dan Ibnu Hajar Al Asqalany. Dan terakhir beliau berucap bahwa beliau menulis kitab ini "karena meniru para ulama tersebut dan menuliskan kitab ini karena ingin menceritakan ni'mat Allah, atas rasa syukur, bukan karena riya, sum'ah atau pamer".

Selanjutnya ulama yang juga menulis biografi pribadi adalah imam Abdul Wahhab Asysya'rani (973 H) yang menulis kitab "Lathaiful minan wal akhlaq fi wujub attahaduts bi ni'matillaah 'alal ithlaq" atau yang lebih masyhur disebut "al minan alkubra".

Dalam muqaddimah kitab ini Imam Sya'rani setidaknya menyebutkan beberapa alasan kenapa beliau menulis biografi pribadi ini. Di antaranya:

1. Agar para murid beliau bisa meniru akhlak beliau dan menerapkannya dalam kesehariannya

2. Sebagai tanda syukur kepada Allah atas ni'mat yang diberikan sehingga walaupun beliau sudah tidak ada lagi maka kitab beliau menjadi pengganti rasa syukur kepada sang Maha Pemberi.

3. Memberitahu orang yg sezaman dengan beliau dengan derajat beliau dalam ilmu dan amal sehingga menjadi panutan buat mereka dalam akhlak dan memelihara kitab-kitab syariat.

4. Agar para murid beliau bisa membaca manaqib beliau dari tulisan beliau sendiri, karena kisah hidup yang ditulis oleh sang empu biografi lebih akurat dan jauh dari tambahan atau pengurangan yang berlebihan.

5. Meniru para ulama terdahulu yang telah menuliskan biografi mereka sendiri. Lalu beliau mengutip perkataan Imam Suyuthi dalam muqaddimah kitab "Attahadduts binni'mah" tentang tujuan mengarang kitab tersebut.

Jadi tujuan utama mereka para ulama dalam menuliskan biografi mereka sendiri adalah karena mengamalkan firman Allah:

وأما بنعمة ربك فحدث

Dan ayat inilah yang pertama kali Imam Suyuthi tuliskan dalam muqaddimah kitab beliau.